ICHA'S WORLD

welcome to icha's blog :)

Waktu Aku Sama Mika

pada 20 Oktober 2010

Beberapa waktu lalu, saya pergi jalan-jalan sama teman-teman kelas. Terus mampir ke Tm Book Store, di situ saya menemukan sebuah buku yang sangat simple tapi kelihatan menarik. Akhirnya saya baca deh di situ, karena kebetulan ada yang di buka.
Buku ini berisi coretan-coretan dari seorang gadis bernama Indi. Indi terlahir sebagai gadis yang “special” karena mengalami cacat tulang belakang. Untuk bisa berdiri tegak, maka dokter pun memasang penyangga di punggungnya sampai sebatas leher. Hal tersebut yang membuat seorang Indi menjadi pribadi yang pasif.
Di suatu hari saat berkunjung di rumah pamannya, Indi bertemu dengan seorang pria yang bernama Mika. Mika pada awalnya terlihat seperti pria-pria muda yang pada umumnya. Tapi setelah pertemuan-pertemuan berikutnya, Indi merasa bahwa Mika bukan pria biasa, tapi pria yang “luar biasa”. Mika yang menderita penyakit AIDS, memiliki motivasi yang hebat untuk tetap hidup dan mampu mengalirkannya pada orang lain termasuk, Indi. Tanpa pamrih, motivator yang baik, dan penuh keajaiban membuat seorang Indi akhirnya jatuh cinta pada Mika.

“Mika ajarkan aku tentang cinta tanpa syarat
Cinta tidak perlu berbalas. Tidak perlu pamrih.

Kalian mau tahu buktinya??

Mika selalu bilang. Dia sayang sekali sama aku.
Tapi Mika tidak pernah tanya, aku sayang dia atau tidak
(Tanpa Syarat, hal:65)

Hari demi hari dilalui oleh mereka berdua, sampai pada suatu cerita Mika harus pergi karena Kematian. Kemudian, terciptalah coretan-coretan yang dituliskan oleh Indi sebagai wujud pergolakan hati dan pikirannya mengenai arti kehilangan terhadap seseorang Mika.
Indi dengan polosnya bercerita kepada Tuhan betapa Ia membutuhkan Mika. Bukan hanya sebagai status seorang kekasih, melainkan sebagai orang yang mampu memotivasinya untuk tetap maju.

Tuhan itu hebat.
Tuhan bisa lakukan apa saja.
Tuhan miliki Mika
Tuhan juga miliki yang lainnya.
Semuanya….

Tapi aku tidak hebat..
Aku bahkan tidak bisa berlari…
Aku hanya miliki sedikit…
Hanya Mika..

Apakah Tuhan tahu??
Aku lebih membutuhkan Mika daripada Tuhan..
Apakah Tuhan tahu??
(Apakah Tuhan tahu, 107-108)

Tapi, hidup adalah untuk terus dilanjutkan, bukan untuk diratapi. Karena hidup hanya sekali dan suatu saat akan bertemu dengan kematian. Indi pun tetap berjuang demi kesembuhannya tanpa melupakan Mika. Pahlawannya. Bahkan di akhir cerita, Indi masih menyimpan nama Mika di sudut hatinya yang lain meskipun telah ada seorang pria yang telah menempati hatinya di sudut lain.

Anda bisa mencintai laki-laki lain, tanpa harus “mengabaikan” seseorang..
Karena Anda masih memiliki ruang yang luas di hati untuk mencintai.

Reaksi: Buku ini sebenarnya lumayan bagus untuk dibaca karena bagi orang awam, penyakit HIV dan cacat tulang belakang adalah sesuatu yang masih “baru”.. apalagi buku ini berbentuk diary khas anak muda dan cintanya. Tapi saya masih bingung, kenapa kontribusi orang tua, teman terhadap Mika masih kurang. Mungkin saya bisa menjawabnya bahwa buku ini memang hanya menceritakan seorang Indi, Mika, dan Tuhan. Itu saja.


3 responses to “Waktu Aku Sama Mika

  1. gua suka novel ini ,karna nama mika tuh ngingetin gua bgt ma mantan gua yaitu miki,, ga jauh beda kan?

  2. Pick stress berkata:

    Itulah yg dinakan takdir kecoco2kn.

  3. Silvia Natari berkata:

    Novel yang mengharukan 🙂 Seorang yg mencintai dgn sepenuh hati & mencoba setai hingga akhirnya menemukan seseorg yg bisa membuatnya falling in love again =)

Tinggalkan Balasan ke Silvia Natari Batalkan balasan